Belajar Ketika Siap
Bulan lalu adalah awal kuliah bagi saya. Pertama kalinya belajar secara formal setelah hiatus 3 tahun. Entah mengapa untuk pembelajaran kali ini saya merasa lebih siap dibanding saat kuliah jenjang D3 terdahulu. Saya bisa mengerti lebih cepat dari biasanya. Tidak terbayangkan saat 6 tahun lalu menerima semua teori yang selalu sulit sekali diterima. Menghadapi ujian sesuka hati, tanpa peduli semua jerih payah dosen yang telah berusaha mentransfer ilmu.
Praktis saya langsung berfikir, apakah seharusnya kita belajar ketika siap menerima pelajaran saja? Tentu ini hanya pemikiran dangkal tanpa dasar apapun. Kalau hanya ingin belajar ketika siap, pertanyaan berikutnya adalah kapan kita siap? Untuk saat ini, saya jelas merasa lebih siap dibanding dulu. 3 tahun bekerja di industri membuat saya lebih berkembang dan lebih mudah memahami teori-teori yang dijabarkan. Bukankah kita sering kali mendengar bahwa apa yang diajarkan di bangku kuliah hanya sedikit yang dapat dipakai di kehidupan industri.
“Ini Zahra, dia baru lulus, tolong dibimbing”, kata direktur saat itu pada salah seorang senior di bagian desain. Kalau diingat lagi, sebenarnya saya pun tidak terlalu siap untuk bekerja saat itu. Kesulitan secara ide dan teknis benar-benar berasa saat majalah perdana yang saya buat. Deadline yang ketat pun, cukup membuat bingung. Benar saja, edisi yang saya buat perdana terbit terlambat.
Lantas apakah karena tau saya gagal, lalu saya harus mundur? Ternyata tidak, walaupun saat itu saya tidak siap tapi lingkungan selalu mendukung agar saya siap di tahap selanjutnya. Ternyata belajar bukan hanya soal saya siap untukk belajar, tapi bagaimana caranya agar saya segera siap untuk bisa mempelajari hal berikutnya.
Kembali lagi pada masa-masa sekolah jenjang SD, SMP, dan SMA. Ibu tidak pernah memaksa saya untuk tetap sekolah ketika saya memutuskan untuk tidak berangkat sekolah. Alasan saya? Tidak ada alasan signifikan. Berbagai ulah pun selalu aku lakukan ketika tidak ingin belajar. Seperti berpura-pura pergi ke toilet saat jam pelajaran, padahal saya pergi ke taman halaman sekolah karena ingin melihat pohon. Izin ekstrakulikuler PMR, padahal hanya sedang tidak ingin duduk di dalam kelas.
Sekarang saya sadar betapa pentingnya kita mempersiapkan diri untuk terus mempelajari hal baru. Karena belajar bukan hanya tentang pendidikan formal. Kita pun mempelajari banyak hal dalam kehidupan bermasyarakat. Sering kali saya terkejut dengan ujian (hidup) yang tiba-tiba datang. Seolah saya tidak pernah tau jawabannya. Ketika umur kita bertambah nanti, mungkin kita sudah memenpuh lebih banyak ujian lagi. Dan selalu siap dengan pelajaran berikutnya.
Praktis saya langsung berfikir, apakah seharusnya kita belajar ketika siap menerima pelajaran saja? Tentu ini hanya pemikiran dangkal tanpa dasar apapun. Kalau hanya ingin belajar ketika siap, pertanyaan berikutnya adalah kapan kita siap? Untuk saat ini, saya jelas merasa lebih siap dibanding dulu. 3 tahun bekerja di industri membuat saya lebih berkembang dan lebih mudah memahami teori-teori yang dijabarkan. Bukankah kita sering kali mendengar bahwa apa yang diajarkan di bangku kuliah hanya sedikit yang dapat dipakai di kehidupan industri.
“Ini Zahra, dia baru lulus, tolong dibimbing”, kata direktur saat itu pada salah seorang senior di bagian desain. Kalau diingat lagi, sebenarnya saya pun tidak terlalu siap untuk bekerja saat itu. Kesulitan secara ide dan teknis benar-benar berasa saat majalah perdana yang saya buat. Deadline yang ketat pun, cukup membuat bingung. Benar saja, edisi yang saya buat perdana terbit terlambat.
Lantas apakah karena tau saya gagal, lalu saya harus mundur? Ternyata tidak, walaupun saat itu saya tidak siap tapi lingkungan selalu mendukung agar saya siap di tahap selanjutnya. Ternyata belajar bukan hanya soal saya siap untukk belajar, tapi bagaimana caranya agar saya segera siap untuk bisa mempelajari hal berikutnya.
Kembali lagi pada masa-masa sekolah jenjang SD, SMP, dan SMA. Ibu tidak pernah memaksa saya untuk tetap sekolah ketika saya memutuskan untuk tidak berangkat sekolah. Alasan saya? Tidak ada alasan signifikan. Berbagai ulah pun selalu aku lakukan ketika tidak ingin belajar. Seperti berpura-pura pergi ke toilet saat jam pelajaran, padahal saya pergi ke taman halaman sekolah karena ingin melihat pohon. Izin ekstrakulikuler PMR, padahal hanya sedang tidak ingin duduk di dalam kelas.
Sekarang saya sadar betapa pentingnya kita mempersiapkan diri untuk terus mempelajari hal baru. Karena belajar bukan hanya tentang pendidikan formal. Kita pun mempelajari banyak hal dalam kehidupan bermasyarakat. Sering kali saya terkejut dengan ujian (hidup) yang tiba-tiba datang. Seolah saya tidak pernah tau jawabannya. Ketika umur kita bertambah nanti, mungkin kita sudah memenpuh lebih banyak ujian lagi. Dan selalu siap dengan pelajaran berikutnya.
Komentar
Posting Komentar